Minggu, 13 September 2015

TEKNIK ATTENDING, OPENING, DAN ACCEPTANCE

Edit Posted by with No comments


 A.    TEKNIK ATTENDING (PERHATIAN)  
1.      Definisi Teknik  Attending (Perhatian)
Supriyo dan Mulawarman (2006:19) menjelaskan bahwa attending adalah keterampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif sehingga klien bebas mengekspresikan atau mengungkapkan tentang apa saja yang ada dalam pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya.
Hariastuti ( 2007:27) menjelaskan bahwa attending merupakan kemampuan konselor dalam menunjukkan perhatian secara penuh kepada klien sehingga klien dapat terlibat dalam proses konseling.
 Hutahuruk dan Pibradi (1984:3) menjelaskan bahwa attending yang baik merupakan suatu komponen yang diperlukan dalam komunikasi yang baik. Perilaku attending yang baik mendemonstrasikan kepada klien bahwa konselor menghargainya sebagai pribadi dan konselor tertarik terhadap apa yang dikatakan oleh konseli.
Berdasarkan dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa attending merupakan komunikasi nonverbal yang menunjukkan bahwa konselor memberikan perhatian secara utuh terhadap lawan bicara yang sedang berbicara (klien). Keterampilan attending yaitu keterampilan tampil sebagai pribadi yang utuh dan memberikan perhatian penuh kepada klien sebagaimana adanya, agar klien dapat mengembangkan diri, mengeksplorasi dirinya dengan bebas.

2.       Tujuan Attending
Menurut Sofyan Willis (2004: 176), perilaku attending yang ditampilkan akan mempengaruhi kepribadian klien, yaitu:
a.       Meningkatkan harga diri klien, sebab sikap dan perilaku attending memungkinkan konselor meghargai konseli.
b.      Dengan perilaku attending menciptakan suasana  aman bagi klien, karena klien merasa ada orang yang bisa dipercayai, teman untuk berbicara, dan merasa terlindungi secara emosional.
c.       Perilaku attending memberikan keyakinan kepada klien bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati dan perasaannya.
Supriyo dan Mulawarman (2006:19) menjelaskan bahwa tujuan dari teknik attending adalah agar klien merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif sehingga klien bebas mengekspresikan atau mengungkapkan tentang apa saja yang ada dalam pikiran, perasaan, ataupun tingkah lakunya.
Hutahuruk dan Pibradi (1984:3) menyebutkan tujuan dari teknik attending adalah untuk membangkitkan harga diri klien, membangkitkan suasana yang aman sehingga melancarkan ekspresi bebas tentang apa saja yang muncul dibenak klien.
Berdasarkan dari hal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari teknik attending adalah untuk meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana aman, dan memberikan kenyakinan klien untuk dapat mengungkapkan tentang dirinya secara terbuka.

3.      Manfaat/ Fungsi Attending
Supriyo dan Mulawarman (2007:27) menyatakan bahwa fungsi dari attending yaitu untuk memusatkan perhatian pada klien. Disamping itu, fungsi utama dari teknik attending adalah untuk mendorong klien agar mau berbicara dengan bebas dan terbuka.Attending juga bermanfaat agar konseli merasa dihargai dan terbina secara kondusif (Sofyan Willis, 2004:176)
Dari beberapa fungsi diatas tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi dari teknik attending adalah membuka proses konseling serta konselor dapat memfokuskan perhatiannya terpusat pada klien untuk mendorog klien bersedia berbicara secara bebas dan terbuka.

4.      Macam – Macam Teknik Attending
Menurut Hutauruk & Pribadi (1984: 3) bahwa teknik attending meliputi:
a.       Posisi badan ( termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka):
1)      Posisi badan yang baik, mencakup:
a)      Duduk dengan badan menghadap klien
b)      Tangan diatas pangkuan atau berpegang bebas atau kadang – kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal.
c)      Responsif dengan menggunakan bagian wajah, umpamanya senyum spontan atau anggukan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman dan kerutan dahi tanda tidak mengerti.
d)     Badan tegak lurus tanpa kaku dan sekali – kali condong kearah klien untuk menunjukkan kebersamaan dengannya.
2)      Posisi badan yang tidak baik mencakup:
a)      Duduk dengan badan dan kepala membungkuk menghadap klien.
b)      Duduk dengan sangat kaku.
c)      Gelisah atau tidak tenang  (resah)
d)     Mempergunakan tangan, kertas, dan kuku tangan.
e)      Sama sekali tanpa gerak isyarat.
f)       Selalu memukul – mukul dan menggerakkan tangan dan lengan.
g)      Wajah tidak menunjukkan perasaan.
h)      Terlalu banyak tersenyum, kerutan dahi atau anggukan kepala tidak berarti.
b.      Kontak Mata
Kontak mata yang baik berlangsung dengan melihat klien pada waktu dia berbicara kepada konselor dan sebaliknya. Kota mata yang jelek mencakup:
a)      Tidak pernah melihat klien.
b)      Menatap klien untuk secara  konstan dan tidak memberi kesempatan klien untuk membalas tatapan.
c)      Mengalihkan pandangan dari klien segera sesudah klien melihat kepada konselor. .
c.       Mendengarkan
1)      Cara mendengarkan yang baik mencakup:
a)      Memelihara perhatian penuh dengan terpusat kepada klien.
b)       Mendengarkan segala sesuatu yang dikatakan klien.
c)      Mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata – katanya, perasaan dan perilakunya) dan memahami seluruh pesannya.
d)     Mengarahkan apa yang konselor katakan terhadap apa yang telah dikatakan oleh klien.
2)      Cara mendengarkan yang jelek mencakup:
a)      Memungkinkan konselor sendiri diganggu oleh keributan lain, pandangan diluar pandangan klien.
b)      Mengajukan pertimbangan – pertimbangan tentang pribadi klien sebelum mendengarkan semua pesan klien.
c)      Merumuskan suatu respon terhadap klien sebelum klien mengakhiri pesannya.
d)      Melompat – lompat dari topik yang satu ke topik yang lain.
5.  Modalita Teknik Attending
Tidak ada modalita khusus dalam teknik attending hanya berupa teknik non – verbal.
Contoh Pengguna Teknik Attending
Konseli            : Assalamualaikum (sambil mengetuk pintu)
Konselor          : Waalaikumussalam (sambil membukakan pintu dan tersenyum ceria. Mendampingi konseli masuk ruangan. Mempersilahkan duduk dengan mengarahkan tangan ke kursi yang telah disediakan). Silahkan duduk (tetap dengan ekspresi ceria)
Konseli            : Ya bu terimakasih

B.     TEKNIK OPENING (PEMBUKAAN)
1.      Definisi Teknik Opening (Pembukaan)
Opening adalah teknik dasar untuk mengawali hubungan atau melakuakn wawancara koseling. Supriyo dan Mulawarman (2006:21) menjelaskan bahwa opening (pembukaan) adalah keterampilan untuk membuka atau memulai, atau  mengkomunikasi  hubungan konseling.
2.      Tujuan Teknik Opening
Tujuan dari teknik opening adalah:
a.       Membina hubungan baik antara klien dan konselor
b.      Memperoleh kepercayaan dari klien.
c.       Memberikan penghargaan kepada klien.
d.      Klien dapat bebas dan nyaman serta terbuka dalam mengungkapkan masalah.
3.      Manfaat Teknik Opening
Manfaat dari teknik opening ini adalah terjalinnya hubungan yang baik antara konselor dengan klien.Sehingga dengan terjalinnya hubungan tersebut, klien menjadi semakin percaya dengan konselor serta dalam mengungkapkan masalah – masalah yang dihadapi oleh klien, klien lebih merasa aman dan nyaman.
4.      Bentuk Teknik Opening
Bahwa beberapa hal yang perlu dilakukan oleh konselor dalam menggunakan teknik opening antara lain adalah penyambutan,  inisiasi pembicaraan, dan  transisi pembicaraan.
a.       Penyambutan
1)      Non Verbal
a)      menghentikan aktivitas,
b)       membuka pintu atau menjemput,
c)      jabat tangan atau senyum,
d)     isyarat meyilahkan masuk,
e)       menutup pintu,
f)       mendampingi konseling masuk,
g)      memegang tangan atau memegang pundak (bila diperlukan dan tidak riskan atau ada hambatan nilai),
h)       isyarat mempersilahkan duduk,dan memilih tempat duduk.
2)      Verbal
a)      memberi salam atau menjawab salam,
b)      menyebut nama,
c)       pujian atas kedatangan konseli,
d)     menanyakan kabar,
e)      menyilahkan memilih tempat duduk,
 Kesemuanya tersebut dilakukan untuk :
§  Mengkomunikasikan kondisi-kondisi fasilitas konselor
§  Terciptanya rasa aman konseli
§   Terbentuknya kesan dan persepsi ada harapan bagi konseli mendapatkan layanan konselor
b.      Inisiasi Pembicaraan
1)      Topic netral adalah bahan pembicaraan yang sifatnya umum dan tidak menyinggung perasaan klien. Misalnya: hobi, peristiwa hangat, kondisi cuaca, potensi asal lingkungan konseli
            Contoh: ”apakah anda nyaman denagn keadaan ruang yang seperti ini?”
2)      Kegiatan dalam kaitan dengan kelonggaran kehadiaran. Contoh: “ apakah saat ini anda tidak ada latihan  ekstra?”
            Kesemuanya ini dilakukan untuk:
·         Meredakan kecemasan awal konseli sampai pada kadar ia mau bicara secara lancar, tanpa terhambat emosi.
·         Menghindarkan konselor dari “banyak bicara”
·         Memperoleh pendenagran cermat dari yang dikaitkan konseling dan tersusun dalam pikikiran konselor apa yang konseli uraikan.
c.       Transisi Pembicaraan
Transisi pembicaraan yang dimaksudkan adalah perpindahan dari topik netral ke permulaan konseling. Cara perpindahan topik tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Menggunakan kalimat “ jembatan’’ misalnya :
“ setelah kita membicarakan ......(isi topik netral), barangkali ada sesuatu hal yang perlu kita bicarakan bersama dalam pertemuan ini ’’
2)      Mengembangkan sebagian isi topik netral, misalnya:
“ itu tadi hobimu dibidang musik, lalu bagaimana dengan prestasi dalam perkuliahan? ’’
Catatan penting:
·         Hindari respon berlebihan,
·           Hindari kepura-puraan,
·           Jangan biarkan konseli menunggu dan terabaikan,
·         Pemberian peluang berbicara konseli adalah lebih produktif,
·         Konselor hendaknya menyadari bahwa topic pilihan konseli mendatangkan pemahaman konselor atas prioritas konseli pada saat itu,
·          Konselor hendaknya tidak mencoba mengendalikan sendiri topik apa yang dibicarakan konseli,
·           Percakapan tidak berstruktur atau topik netral maksimum 3 menit,
·         Kesulitan terletak pada memperkirakan topik netral, dan
·          Agar konselor merasa aman hendaknya konselor menghindari pertanyaan yang langsung mengenai masalah. (Fauzan Lutfi, 2008: 28)
5.      Contoh Penggunaan Teknik Opening
Konselor                      : Waalaikumussalam (sambil membukakan pintu dan tersenyum ceria.   Mendampingi konseli masuk ruangan. Mempersilahkan duduk dengan mengarahkan tangan ke kursi yang telah disediakan). Silahkan duduk (tetap dengan ekspresi ceria)
Konseli                        : Ya bu terimakasih
Konselor                      : Bagaimana kabar mbak Dian? (sambil mencondongkan badan ke konseli berjabat tangan kemudian meletakkan  di pangkuan)
Konseli                        : Alhamdulillah baik bu
Konselor                      : Siang ini mbak Dewi tidak ada kegiatan ekstra?
Konseli                        : Hari ini saya baru saja menyelesaikan latihan renang saya dan tidak ada lagi kegiatan lain.
Konselor                      : Oh begitu (sambil menganggukkan kepala, meyakinkan) kalau begitu sebelum kita berbincang lebih jauh apa mbak Dewi nyaman dengan keadaan ruangan ini?
Konseli                        : Menurut saya nyaman dan terasa leluasa untuk melakukan perbincangan kita.
Konselor                      : Oh ya baik kalau begitu kita mulai saja. (sambil menganggukkan kepala) jadi hobi mba Dian ini renang ya?
Konseli                        : Betul bu, selain menjadi hobi juga sebagai penunjang prestasi di sekoah bu…
Konselor                      : (menganggukkan kepala, tersenyum) Oh ya… ya… berarti banyak prestasi yang usdah dicapai mealui hobi ini, boleh saya tahu?
Konseli                        : saya menjuarai beberapa kejuaraan nasional, tetapi prestasi saya terhenti karena ayah saya…

C.    TEKNIK ACCEPTANCE (PENERIMAAN)
1.      Definisi Teknik Acceptance (Penerimaan)
Supriyo dan Mulawarman (2006:23) mengungkapkan bahwa acceptance (penerimaan) dalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal -  hal yang dikemukakan klien.
Acceptance merupakan teknik yang digunakan konselor untuk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli. Acceptance atau penerimaan artinya menerima apa adanya, menerima pribadi klien sebagai suatu keseluruhan. Sebaliknya  membenarkan (menyetujui) atau tidak menyetujui segi-segi kepribadian atau  kelakuan seorang klien, bukan merupakan bentuk penerimaan.
2.      Tujuan Teknik Acceptance
Tujuan dari teknik acceptence ini adalah:
a.       Menunjukkan kedekatan daripada sikap dan menunjukkan tingkat keterbukaan dan ketulusan hati konselor
b.      Klien merasa dihargai dan diterima keberadaannya.
3.      Manfaat Teknik Acceptance
Manfaat teknik acceptence adalah untuk membangun hubungan lebih dekat konseli sehingga tercipta suasana hubungan yang akrab ditandai dengan saling mempercayai.
4.      Bentuk Teknik Acceptance
Menurut Supriyo dan Mulawarman (2006:23) mengungkapkan bahwa ada dua bentuk acceptence, yaitu:
a.       Verbal
1)       Bentuk pendek
a)      Oh.....ya,
b)      Lalu/kemudian,
c)      Ya....ya....
d)     Hemm.....hemm....
2)      Bentuk Panjang
a)      Saya memahami.....
b)      Saya menghayati....
c)        Saya dapat merasakan.....
d)     Saya dapat mengerti...
b.      Non Verbal
1)      Anggukan kepala,
2)      Posisi duduk condong kedepan
3)      Perubahan mimik,
4)      Memelihara kontak mata

6.      Contoh Pengguaan Teknik Acceptence
Konselor                      : Ya… yaa….. kalau boleh saya tahu kenapa ayah menjadi alasan mbak Dewi terhambat daam prestasi renag mbak?
Konseli                        : Ayah saya beranggapan kalau saya terus menggeluti olahraga renang ini saya menjadi tidak focus pada akademik… alasan lain karena renang terbatas akan kemampuan fisik sehingga saat usia sudah senja nanti tidak ada jaminan untuk masa tua saya…
Konselor                      : (mengangguk anggukkan kepala dan menjaga kontak mata, mimic muka menunjukkan empati) ya… ya…. Saya menegerti mbak Dian…





















DAFTAR PUSTAKA

Fauzan Lutfi, Nur Hidayah dan M. Ramli. 2008. Teknik – Teknik Komunikasi Untuk Konselor. Malang :UPT UNM.
Hariastuti, Retno Tri dan Eko Darminto. 2007. Ketrampilan – ketrampilan Dasar Dalam Konseling. Surabaya : Unesa University Press.
Hutauruk, Toga dan Pribadi, S. 1984. Konseling Mikro. Jakarta : Departemen Pendidikan dan kebudayaan Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Supriyo dan Mulawarman. 2006. Ketrampilan Dasar Konseling. Semarang: Jurusan Bimbingan Konseling FIP UNNES.
Willis, Sofyan S.  2004.  Konseling Individual Teori dan Praktik. Bandung: Alfabeta